MAKALAH
SOSIOLOGI
Kekuasaan, Wewenang dan Kepemimpinan
DOSEN
PEMBIMBING
Syahrul Amin Nasution, S.Ag, MM
KELOMPOK
VIII :
Muhammad Iqbal
Muh. Yahya Saraka
Zakiyuddin
INSTITUT
PTIQ JAKARTA
FAKULTAS
DAKWAH
KOMUNIKASI
PENYIARAN ISLAM
2016/2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,
Puji Syukur kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan begitu banyak nikmat-Nya
kepada kita sekalian, yang tentunya tak dapat kita hitung jumlahnya. Shalawat
serta salam tak lupa kita haturkan keharibaan Baginda Nabiullah Muhammad Saw.
Nabi yang telah membawa kita dari alam kegelapan ke alam yang terang benderang
dengan Dinul Islam.
Makalah
ini berjudul “Kekuasaan, Wewenang dan
Kepemimpinan”, dalam pembahasan Ilmu Sosiologi, sebagai salah satu mata
kuliah pada Prodi. Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah Institut
PTIQ Jakarta. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dalam mata
kuliah Sosiologi, di samping itu tak dapat kita pungkiri bahwa tujuan utama
dalam penyusunannya adalah sebagai sarana dalam mempelajari dan mendalami
ilmu-ilmu sosial.
Ucapan
terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dalam
penyusunan makalah ini hingga dapat terselesaikan tepat waktu. Khususnya kepada
Dosen Pembimbing Mata Kuliah Sosiologi Bapak Syahrul Amin Nasution, S.Ag, MM,
yang telah membimbing kami semua.
Kami
menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kesalah-kesalahan yang
tentunya membutuhkan masukan, saran dan kritikan dari pembaca sekalian, agar
dalam penyusunan/penulisan makalah kami selanjutnya dalam lebih baik lagi.
Jakarta, 05 April 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR
ISI........................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar
belakang.............................................................................................. 1
B. Rumusan
masalah.......................................................................................... 2
BAB 11 PEMBAHASAN
A.
Kekuasaan.................................................................................................... 3
B.
Wewenang.................................................................................................... 7
C.
Kepemimpinan............................................................................................ 10
BAB 111 PENUTUP
A. Kesimpulan. ................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 13
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam
ilmu sosiologi, kepemimpinan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan
masyarakat, dimana pemimpin selalu ada dalam berbagai kelompok baik kelompok
besar seperti pemerintahan maupun kelompok kecil seperti kelompok RT sampai
kelompok ibu-ibu arisan.
Dari
sekelompok individu dipilih salah satu yang mempunyai kelebihan di antara
individu yang lain, dari hasil kesepakatan bersama, maka munculah seorang yang
memimpin dan di sebut sebagai pemimpin. Kepemimpinan adalah perilaku seseorang
individu ketika ia mengarahkan aktivitas sebuah kelompok menuju suatu tujuan
bersama.
Dari
kepemimpinan itu, maka munculah kekuasaan. kekuasaan adalah kemungkinan seorang
pelaku mewujudkan keinginannya di dalam suatu hubungan social yang ada termasuk
dengan kekuatan atau tanpa mengiraukan landasan yang menjadi pijakan
kemungkinan itu.
Seorang
pemimpin mempunyai kekuasaan untuk mengatur dan mengarahkan anggota-anggotanya.
Selain itu, pemimpin juga mempunyai wewenanga untuk memerintah anggotanya.
Wewenang merupaka hak jabatan yang sah untuk memerintahkan orang lain bertindak
dan untuk memaksa pelaksanaannya. Dengan wewenang, seseorang dapat mempengaruhi
aktifitas atau tingkah laku perorangan dan grup.
Maka
kepemimpinan tidak akan pernah lepas dari kekuasaan dan kewenangan untuk
mengatur anggota-anggotanya. Dari makalah ini, penulis ingin menjelaskan
bagaimana hakikat kepemimpinan, kekeuasaan, dan kewenangan yang sebenarnya
karena dilihat masih banyaknya orang yang menjadi pemimpin namun menyalah
gunakan kekuasaannya dan kewenangannya.
B. Rumusan
Masalah
Dari
latar belakang masalah diatas, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Pengertian
dari kepemimpinan, kekuasaan, dan kewenangan?
2. Sumber kekuasaan, dan cara mempertahankan
kekuasaan?
3. Sumber wewenang, dan bentuk-bentuk wewenang?
4. Sifat dan tugas-tugas seorang pemimpin?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Kekuasaan
1.
Pengertian Kekuasaan
Definisi
kekuasaan, manurut para ahli sosiologi, yaitu :
a) Max
weber, kekuasaan adalah kemungkinan seorang pelaku mewujudkan keinginannya di
dalam suatu hubungan social yang ada termasuk dengan kekuatan atau tanpa
mengiraukan landasan yang menjadi pijakan kemungkinan itu.
b) Selo soemardjan dan soelainan soemardi,
menjelaskan bahwa adanya kekuasaan tergantung dari yang berkuasa dan yang
dikuasai.
c) Ralf dahrendorf, kekuasaan adalah milik
kelompok, milik individu dari pada milik struktur social.
d)
Soerjono
soekanto, kekuasaan diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi pihak
lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan tersebut.
2.
Sumber-sumber Kekuasaan
Sumber-sumber
kekuasaan yang dimiliki para penguasa atau pemimpin, dalam masyarakat informal
maupun formal adalah :
a) Seseorang
yang mempunyai harta benda (kekayaan) yang lebih banyak, sehingga mempunyai
keleluasan untuk bergerak dan mempengaruhi pihak lain.
b) Dengan
status tertentu, seseorang dapat memberikan pengaruhnya atau memaksa pihak lain
supaya melakukan sesuatu sesuai kehendaknya.
c) Wewenang legal atas dasar peraturan-peraturan
formal (hukum) yang dimiliki seseorang, dapat memberikan kekuasaan pada
seseorang untuk mempengaruhi pihak lain sesuai dengan hak dan kewajibannya
sesuai dengan ketetapan dalam peraturan.
d) Kekuasaan dalam pula tumbuh dari adanya
kepercayaan khalayak, seperti tradisi, kesucian, dan adat istiadat.
e) Kekuasaan yang tumbuh dari khrisma atau wibawa
seseorang.
f) Kekuasaan yang didasarkan pada pedelegasian
wewenang.
g) Kekuasaan yang tumbuh dari pendidikan,
keahlian, serta kemampuan.
3.
Unsur-unsur kekuasaan
a)
Rasa takut
Perasaan
takut pada seseorang (contohnya penguasa) menimbulkan suatu kepatuhan terhadap
segala kemauan dan tindakan orang yang ditakuti tadi. Rasa takut merupakan
perasaan negative, karena seseorang tunduk kepada orang lain dalam keadaan
terpaksa.
Rasa
takut juga menyebabkan orang yang bersangkutan meniru tindakan-tindakan orang
yang ditakutinya. Gejala ini dinamakan matched dependent
behavior. Rasa takut biasanya berlaku dalam masyarakat yang mempunyai
pemerintahan otoriter.
b) Rasa
cinta
Rasa
cinta menghasilkan perbuatan-perbuatan yang pada umumnya positif. orang-orang
lain bertindak Sesuai dengan pihak yang berkuasa, untuk menyenangkan semua
pihak. Rasa cinta yang efisien dimulai dari pihak penguasa sehingga sistem
kekuasaan akan dapat berjalan dengan baik dan teratur.
c) Kepercayaan
Kepercayaan
dapat timbul sebagai hasil hubungan langsung antara dua orang yang lebih atau
bersifat asosiatif. Dari kepercayaan yang bersifat pribadi akan berkembang
dalam suatu organisasi atau masyarakat secara luas. sehingga Kepercayaan merupakan
hal yang penting dalam suatu kekuasaan. Jika seorang pemimpin menaruh
kepercayaan pada bawahanya, maka wajib bagi anak buahnya untuk patuh dan
mempunyai sifat terpecaya. Begitupun bagi pemimpinnya. Jika semua
orang dari mulai pemimpin, bawahannya, bahkan masyarakat luas mempunyai sifat
kepercayaan maka system kekuasaan bahkan pemerintahan akan berjalan dengan
baik.
d) Pemujaan
Dalam
system pemujaan, seseorang atau sekelompok orang yang memegang kekuasaan
mempunyai dasar pemujaan dari orang lain. Akibatnya segala tindakan penguasa
dibenarkan atau setidak-tidaknya diangggap benar.
4. Bentuk
lapisan kekuasaan
Bentuk
dan system kekuasaan selalu menyesuaikan diri pada masyarakat dengan
adat-istiadat dan pola-pola perilakunya. Pada umumnya garis tegas antara yang
berkuasa dengan yang dikuasai selalu ada sehingga menimbulkan lapisan kekuasaan
atau piramida kekuasaan. Karena integrasi masyarakat dipertahankan oleh tata
tertib social yang dijalankan oleh penguasa, maka masyarakat mengakui adanya
lapisan kekuasaan tersebut. Adanya paktor pengikat antara warga-warga
masyarakat adalah atas dasar gejala, bahwa ada yang memerintah ada yang
diperintah.
Menurut
maclever ada tiga pola umum system lapisan kekuasaan atau piramida kekuasaan,
yaitu :
a) Tipe
kata
Tipe
kata adalah system lapisan kekuasaan dengan garis pemisah yang tegas dan kaku.
Tipe semacam ini biasanya dijumpai pada masyarakat berkasta. Garis pemisah
antara masing-masing lapisan hampir tak mungkin ditembus.
Pada
puncak piramida paling atas, duduk penguasa tertinggi (misalnya maharaja dan
raja) dengan likungannya, yang didukung oleh kaum bangsawan, tentara, dan para
pendeta. Lapisan kedua terdiri dari para petani dan buruh tani yang kemudian
diikuti dengan lapisan terendah dalam masyarakat yang terdiri dari para budak.
b) Tipe
oligarkis
Tipe
oligarkis adalah tipe yang dasar pembedaan kelas-kelas sosial ditentukan oleh
kebudayaan masyarakat, terutama pada kesempatan yang diberikan kepada para
warga untuk memperoleh kekuasaan-kekuasaan tertentu. Kedudukan para warga pada
tipe oligarkis masih didasarkan pada kelahiran ascribed status tetapi
individu masih diberi kesempatan untuk naik lapisan.
Variasi
tipe oligarkis dijumpai pada Negara-negara yang didasarkan pada aliran fasisme
dan juga pada Negara-negara totaliter (misalnya soviet dan rusia). Bedanya adalah
bahwa kekuasaan yang sebenarnya, berada di tangan partai politik yang mempunyai
kekuasaan menentukan.
c) Tipe
demokratis
Tipe
demokratis menunjukan kenyataan akan adanya garis pemisah antara lapisan yang
yang sifatnya mobile. Kelahiran tidak menentukan seseorang,
yang terpenting adalah kemampuan dan kadang-kadang juga factor keberuntungan.
5. Saluran
kekuasaan
a) Saluran
militer
Saluran
militer merupakan saluran paksaan (coercion) serta kekuatan militer (military
force) yang digunakan penguasa dalam menggunakan kekuasaannya. Tujuan utamanya
yaitu untuk menimbulkan rasa takut dalam diri masyarakat, sehingga mereka
tunduk kepada kemauan penguasa atau sekelompok orang yang dianggap sebagai
penguasa. Hal ini banyak dijumpai pada Negara-negara totaliter.
b) Saluran
ekonomi
Saluran
ekonomi digunakan penguasa untuk untuk menguasai kehidupan masyarakat. Dengan
menguasai ekonomi dan kehidupan rakyat, penguasa dapat melaksanakan pelaturan
serta perintahnya dengan menerapakan sanksi bagi yang melanggarnya.
c) Saluran
politik
Melalui
saluran politik, penguasa dan pemerintah berusaha untuk menbuat pelaturan yang
harus ditaati oleh masyarakat yaitu dengan meyakinkan atau memaksa masyarakat
untuk menaati peraturan yang telah dibuat oleh badan yang berwenang dan sah.
d) Saluran
tradisional
Saluran
tradisional merupakan saluran yang menggunakan penyesuaian tradisi pemegang
kekuasaan dengan tradisi yang terkenal di dalam suatu masyarakat yaitu dengan
jalan menguji tradisi pemegang kekuasaan dengan tradisi yang sudah meresap
dalam jiwa masyarakat, sehingga pelaksanaan kekuasaan dapat berjalan dengan
lebih lancar. Saluran ini merupakan saluran yang paling disukai.
e) Saluran
ideology
Para
penguasa dalam masyarakat, biasanya mengemukakan serangkaian ajaran atau
doktrin, yang bertujuan untuk menerangkan sekaligus memberi dasar bagi
pelaksanaan kekuasaannya. Setiap penguasa akan berusaha untuk dapat menerangkan
ideologinya dengan sebaik-baiknya sehingga institutionalized dan
bahkan internalizeddalam diri warga masyarakat.
B. Wewenang
1.
Pengertian Wewenang
Definisi
wewenang, menurut para ahli sosiologi, yaitu:
a) George
R.Terry, menjelaskan bahwa wewenang merupaka hak jabatan yang sah untuk
memerintahkan orang lain bertindak dan untuk memaksa pelaksanaannya. Dengan
wewenang, seseorang dapat mempengaruhi aktifitas atau tingkah laku perorangan
dan grup.
b) Mac Iver R.M, wewenang merupakan suatu
hak yang didasarkan pada suatu pengaturan social, yang berfungsi untuk
menetapkan kebijakan, keputusan, dan permasalahan penting dalam masyarakat.
c) Soerjono Soekanto, bila orang-orang membicarakan
tentang wewenang, maka yang dimaksud adalah hak yang dimiliki seseorang atau
sekelompok orang.
d) Max weber, wewenang adalah sebagai kekuasaan
yang sah.
2. Bentuk-bentuk
wewenang
a) Wewenang
kharismatis, tradisional, dan rasional (legal)
Wewenang
karismatik merupakan wewenang yang didasarkan pada kharisma, yaitu suatu
kemampuan khusus (wahyu, pulung) yang ada pada diri seseorang.
Dasar wewenang kharismatis bukanlah terletak pada suatu pelaturan (hukum),
akan tetapi bersumber padadiri pribadi individu bersangkutan. Wewenang
kharismatis tidak diatur oleh kaidah-kaidah, baik yang rasional maupun
tradisional. Sifatnya cendrung irasional. Adakalanya charisma dapat hilang,
karena masyarakat sendiri yang berubah dan mempunyai paham yang berbeda.
Wewenang
tradisional dapat dimiliki oleh seseorang maupun sekelompok orang. Wewenang ini
dimiliki oleh orang-orang yang menjadi anggota kelompok. Cirri-ciri utama
wewenang tradisional yaitu :
ü Adanya
ketentuan-ketentuan tradisional yang mengikat penguasa yang mempunyai wewenang,
serta orang lain yang ada dalam masyarakat.
ü Adanya
wewenang yang lebih tinggi ketimbang kedudukan seseorang yang hadir secara
pribadi.
ü Dapat bertindak secara bebas selama tidak ada
pertentangan dengan ketentuan tradisional.
Wewenang
rasional atau legal adalah wewenang yang disandarkan pada sistem hukum yang
berlaku dalam masyarakat. sistem hukum ini dipahamkan sebagai kaidah yang telah
diakui, ditaati masyarakat, dan telah diperkuat oleh Negara.
b) Wewenang
resmi dan tidak resmi
Wewenang
yang berlaku dalam kelompok-kelompok kecil disebut wewenang tidak resmi karena
bersifat spontan, situasional, dan factor saling kenal. Contohnya pada cirri
seorang ayah dalam fungsinya sebagai kepala rumah tangga atau pada diri seorang
yang sedang mengajar di kelas.
Wewenang
resmi sifatnya sistematis, diperhitungkan dan rasional. Biasanya wewenang ini
dapat dijumpai pada kelompok-kelompok besar yang memerlukan aturan-aturan tata
tertib yang tegas dan bersifat tetap.
c) Wewenang
pribadi dan territorial
Wewenang
pribadi sangat tergantung pada solidaritas antara anggota-anggota kelompok, dan
unsur kebersamaannya sangat berperan penting. Para individu dianggap lebih
banyak memiliki kewajiban ketimbang hak. Struktur wewenang bersifat konsentris,
yaitu dari satu titik pusat lalu meluas melalui lingkaran-lingkaran wewenang.
Wewenang
territorial, yang berperan penting yaitu tempat tinggal. Pada kelompok
teroterial unsure kebersamaan cendrung berkurang, karena desakan factor-faktor
individualisme. Wewenang pribadi dan territorial sangat berbeda namun dalam
kenyataan keduanya berdampingan.
d) Wewenang
terbatas dan menyeluruh
Wewenang
terbatas merupakan wewenang yang tidak mencangkup semua sector dalam bidang
kehidupan, namun terbatas pada salah satu sector bidang. Contohnya, seorang
mentri dalam negri tidak mempunyai wewenang untuk mencampuri urusan yang yang
menjadi urusan wewenang mentri luar negri.
Wewenang
meenyeluruh berarti suatu wewenang yang tidak dibatasi oleh bidang-bidang
kehidupan tertentu. Contohnya, bahwa setiap Negara mempunyai wewenang yang
menyeluruh atau mutlak untuk mempertahankan kedaulatan wilayahnya.
C.
Kepemimpinan
1. Definisi
kepemimpinan, diantaranya :
a) Kepemimpinan
adalah perilaku seseorang individu ketika ia mengarahkan aktivitas sebuah
kelompok menuju suatu tujuan bersama (hemphill dan Coons, 1957:7)
b) Kepemimpinan adalah pengawalan dan
pemeliharaan suatu struktur dalam harapan dan interaksi (Stogdill, 1974:411).
c) Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi
yang dilaksanakan dan diarahkan melalui proses komunikasi, ke arah pencapaian
tujuan atau tujuan-tujuan tertentu (Tannenbaum, Waschler, dan Massarik,
1961:24).
2. Teori-Teori
Kepemimpinan
Teori
kepemimpinan digolongkan dalam empat kategori yaitu:
a) Pengaruh
kekuasaan
b) Bakat
c) Perilaku
d) Situasi.
3. Tugas
seorang pemimpin
Secara
sosiologis, tugas-tugas pokok seorang pemimpin adalah :
a) Memberikan
suatu kerangka pokok yang jelas yang dapat dijadikan pegangan bagi
pengikut-pengikutnya. Dengan adanya kerangka pokok, maka dapat disusun suatu
sekala prioritas mengenai keputusan yang perlu diambil untuk menangani
masalah-masalah yang dihadapi.
b) Mengawasi, mengendalikan, serta menyalurkan
perilaku warga masyarakat yang dipimpinnya.
c) Bertindak sebagai wakil kelompok kepada dunia
di luar kelompok yang dipimpin.
4. Metode
kepemimpinan
Suatu
kepemimpinan (leadership) dapat dilaksanakan dengan berbagai cara
(metode). Metode itu dikelompokan menjadi :
a) Metode
otoriter, yang ciri-cirinya adalah :
ü Pemimpin
menentukan segala kegiatan kelompok secara sepihak.
ü Pengikut sama sekali tidak diajak untuk ikut
serta merumuskan tujuan kelompok dan cara-cara untuk mencapai tujuan.
ü Pemimpin
terpisah dari kelompok dan seakan-akan tidak ikut dalam proses interaksi di
dalam kelompok tersebut.
b) Metode demokratis, yang cirri-cirinya adalah :
ü Secara
musyawarah dan mufakat pemimpin mengajak warga atau kelompok untuk ikut serta
merumuskan tujuan-tujuan yang harus dicapai kelompok, serta cara-cara untuk
mencapai tujuan.
ü Pemimpin
secara aktif memberikan saran dan petunjuk-petunjuk.
ü Ada kritik positif, baik dari pemimpin maupun
kelompok-kelompok.
ü Pemimpin secara aktif ikut berpartisipasi
dalam kegiatan kelompok.
c) Metode bebas, yang ciri-cirinya :
ü Pemimpin
menjalankan perannya secara pasif.
ü Penentuan tujuan yang akan dicapai kelompok
sepenuhnya diserahkan kepada kelompok.
ü Pemimpin
berada di tengah-tengah kelompok, namun dia hanya berperan sebagai penonton.
BAB
III
KESIMPULAN
A.
Kesimpulan
Kekuasaan,
wewenang, dan kepemimpinan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dan sangat
penting dalam kehidupan kelompok social di masyarakat.
Kekuasaan
adalah kemungkinan seorang pelaku mewujudkan keinginannya di dalam suatu
hubungan social yang ada termasuk dengan kekuatan atau tanpa mengiraukan
landasan yang menjadi pijakan kemungkinan itu.
Wewenang
merupaka hak jabatan yang sah untuk memerintahkan orang lain bertindak dan
untuk memaksa pelaksanaannya. Dengan wewenang, seseorang dapat mempengaruhi
aktifitas atau tingkah laku perorangan dan grup.
Kepemimpinan
adalah pengaruh antar pribadi yang dilaksanakan dan diarahkan melalui proses
komunikasi, ke arah pencapaian tujuan atau tujuan-tujuan tertentu.
Sumber
kekuasaan terdiri dari harta benda, status, wewenang legal, charisma, dan
pendidikan. Selain itu unsure kekuasaan juga berpengaruh yaitu meliputi: rasa
takut, rasa cinta, kepercayaan, dan pemujaan. Lapisan kekuasaan yaitu tipe
kata, tipe oligarkis, dan tipe demokratis.
Bentuk
wewenang terdiri dari:
1.
Wewenang karena charisma, tradisional,
dan rasional.
2.
Wewenang resmi dan tidak resmi.
3.
Wewenang pribadi dan territorial.
4.
Wewenang
terbatas dan menyeluruh.
Teori
kepemimpinan :
1.
Teori pengaruh kekuasaan
2.
Bersumber pada kedudukan
3.
Kekuasaan politik.
DAFTAR PUSTAKA
Soekanto,
1990. Sosiologi Sebagai Pengantar.
Rajawali pers : Jakarta.
Abdulsyani,
2007. SOSIOLOGI “Skematika, Teori dan Terapan”. Bumi aksara : Jakarta.
Wirawan.
S. sarwono, 2001.Psikologi Sosial.
Balai pustaka : Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar