MAKALAH ILMU MANTIQ
Sejarah, Pengertian, Objek dan
Relevansinya
Sebagai Tugas Ujian Akhir Semester Pada Mata Kuliah
Ilmu Mantiq
Dosen Pembimbing:
Aktobi Gozali, MA
NIP. : 197305202005011003
Disusun oleh:
Muh. Yahya Saraka
INSTITUT PTIQ JAKARTA
KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
2016/2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah
SWT. yang telah memberikan kita nikmat yang begitu besar, berupa nikmat Islam
dan iman. Shalawat dan salam tak lupa kita kirimkan ke haribaan baginda
Muhammad SAW, yang dengannya kita dapat merasakan betapa indahnya Islam.
Ucapan terima kasih kami kepada seluruh
pihak yang senantiasa memberi bantuan
dan dukungan, khususnya kepada Dosen Pembimbing Mata Kuliah Ilmu Mantiq Bapak Aktobi Gozali, MA yang senantiasa
membantu kami dalam memahami dan mendalami Ilmu Mantiq/Logika.
Sebagai penulis, kami menyadari bahwa
dalam makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dari berbagai aspek. Olehnya,
kami memohon dengan hormat kepada
seluruh pembaca agar dapat memberikan masukan ataupun kritikan yang bersifat
membangun, agar dalam penyusunan makalah kami selanjutnya dapat lebih baik
lagi.
Jakarta, 25 Desember
2016
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................... i....
Daftar Isi............................................................................................................. ii
BAB
I Pendahuluan
A.
Sejarah
Kemunculan Ilmu Mantiq/Logika........................................ 1
BAB
II Pembahasan
A. Pengertian Ilmu Mantiq/Logika........................................................ 2
B. Objek Ilmu Mantiq/Logika................................................................ 3
C. Pembagian Ilmu Mantiq/Logika........................................................ 5
D.
Manfaat Ilmu
Mantiq/Logika............................................................ 7
BAB
III Penutup
A. Kesimpulan........................................................................................ 9
Daftar Pustaka................................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
A.
SEJARAH KEMUNCULAN ILMU MANTIQ/LOGIKA
Logika (mantiq) sebagai ilmu di Yunani
pada abad ke 5 SM oleh para ahli filsafat kuno. Dalam sejarah, telah tercataat
bahwa pencetus logika ialah Socrates yang kemudian dilanjutkan oleh Plato dan sdisusun
dengan rapisebagai dasar falsafat oleh Aristoteles. Oleh sebab itu beliau
dinyatakan sebagai guru pertama dari ilmu pengetahuan.
Pada masa selanjutnya, terdapat
perubahan-perubahan seperti yang dilakukan oleh Al-Farabi, salah satu filsuf
mislim yang sering dinyatakan sebagai maha guru keua dalam ilmu pengetahuan.
Pada masa Al-Farabi ilmu mantik dipelajari lebih rinci dan dipraktekkan,
termasuk dalam pentasdiqan qadhiyah.
Tokoh-tokoh lagika/ilmu mantiq kaum
muslim yang tercatat oleh para pakar-pakar diantaranya: Abdullah Ibn
Al-Muqaffa, Ya’kub Ibnu Ishak Al-Kindi, Ibnu Sina, Abu Hamid Al-Ghazali, Ibnu
Rusyd Al-Qurtubi, Abu Ali Al-Haitsam, Abu Abdillah Al-Khawarizmi, Al-Tibrisi,
Ibnu Bajah, Al-Asmawi, As-Samarqandi, dan lain sebagainya.
Ilmu mantiq banyak membantu dalam
perkembangan ilmu pengetahuan selanjutnya. Seperti yang dilakukan Immanuel
kant, Descartes, dan yang lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN ILMU MANTIQ/LOGIKA
Sebelum kita memehami lebih dalam
tentang ilmu mantiq hendaknya kita kupas satu persatu secara tuntas definisi
ilmu dan definisi mantiq.
Ilmu merupakan satu kata yang memiliki
banyak arti. Ilmu dapat diartikan sebagai sesuatu yang diketahui dan yang
dipercayai secara pasti dan sesuai dengan kenyataan yang muncul dari satu alasan
argumentasi dalil. Selain itu ilmu juga berarti gambaran yang ada pada akal
tentang sesuatu. Seperti kambing, kuda dan lain-lain. Jika kambing disebut maka
muncullah gambaran pada akal dengan sendirinya. Ilmu seperti ini disebut ilmu
tashawwur. Diantara fungsi ilmu ialah untuk menelusuri segala sesuatu itu
sesuai dengan kenyataannya atau tidak.
Ilmu mantiq secara etimologis atau
bahasa berasal dari dua bahasa, yaitu bahasa arab nataqa yang berarti berkata
atau berucap dan bahasa latin logos yang berartiperkataan atau sabda.
Sedangkan Pengertian mantiq menurut
istilah ialah Alat atau dasar yang gunanya untuk menjaga dari kesalahan
berpikir, atau sebuah ilmu yang membahas tentang alat dan formula berfikir
sehingga seseorang yang menggunakannya akan selamat dari berfikir yang salah.
Ilmu mantiq sering disebut bapak segala
ilmu ataudikatakan ilmu daari segala yang benar karena ilmu mantiq ialah
sebagai alat untuk menuju ilmu yang benar, atau karena ilmu yang benar perlu
pengarahan mantiq.
Jadi
logika tidak terlihat selaku ilmu, tetapi hanyalah merupakan metode. Ada pula
yang mengatakan bahwa logika adalah ilmu yang mempersoalkan prinsip-prinsip dan
aturan-aturan penalaran yang sahih (valid).
William Alston, mendefinisikan
logika sebagai Logic is the study of inference, more precisely the attempt
to devise criteria for separating valid from invalid inferencesw (logika
adalah studi tentang penyimpulan, secara lebih cermat usaha untuk menetapkan
ukuran-ukuran guna memisahkan penyimpulan yang sah dan yang tidak
sah).
Sheldon Lachman, mengemukakan: Logic
is the systematic discipline concerned with the organization and development of
the formal rules, the normative prosedures and the criteria of valid
inference (logika adalah cabang ilmu yang sistematis mengenai penyusunan
dan pengemebangan dari aturan formal, prosedur normatif, dan ukuran-ukuran bagi
penyimpulan yang sah).
Jan Hendrik Rapar, (1996:10)
“Logika adalah cabang filsafat yang mempelajari, menyusun,
mengembangkan, dan membahas asas-asas, aturan-aturan formal, prosedur-prosedur
serta kriteria yang sahih bagi penalaran dan penyimpulan demi
mencapai kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional”.
Ir. Poedjawijatna,
logika adalah filsafat budi (manusia) yang mempelajari teknik berpikir untuk
mengetahui bagaimana manusia berpikir dengan semestinya.
Hasbullah Bakry, logika
adalah ilmu pengetahuan yang mengatur penelitian hokum-hukum akal manusia
sehingga menyebabkan pikirannya dapat mencapai kebenaran.
Berdasar
dari pengertian logika yang diuraikan di atas, dapat dikatakan bahwa logika
merupakan cabang filsafat yang mempelajari, menyusun, mengembangkan, dan
membahas asas-asas, aturan-aturan formal, prosedur-prosedur, serta kriteria
yang sahih bagi penalaran dan penyimpulan demi pencapaian kebenaran yang dapat
dipertanggungjawabkan secara rasional.
B.
OBJEK
ILMU MANTIQ/LOGIKA
Objek adalah sesuatu yang merupakan
bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan. Setiap ilmu pengetahuan
pasti mempunyai objek yang dibedakan menjadi dua, yaitu objek material dan
objek formal. Objek material dari sesuatu adalah hal yang diselidiki dari
sesuatu itu, mencakup yang konkret dan yang abstrak. Objek formal adalah sudut
pandang dari objek itu disorot sebagai pembeda dengan objek lainnya.
Objek material sesuatu ilmu pengetahuan
mungkin saja dapat sama untuk beberapa ilmu pengetahuan, namun ilmu-ilmu itu
berbeda karena objek formalnya. Sebagai contoh: psikologi, sosiologi, dan
pedagogik memiliki objek material yang sama, yaitu manusia. Akan
tetapi, ketiga ilmu itu berbeda karena objek formalnya yang berbeda. Objek
formal psikologi ialah aktivitas jiwa dan kepribadian manusia secara
individual yang dipelajari lewat tingkah laku, objek formal
sosiologi ialah hubungan antar manusia dalam kelompok dan antar
kelompok dalam masyarakat, sedangkan objek formal pedagogik ialah
keegiatan manusia untuk menuntun perkembangan manusia lainnya ke tujuan
tertentu.
Perlu dicatat di sini bahwa yang pantas
menjadi objek material suatu ilmu ialah suatu lapangan, bidang, atau materi
yang benar-benar konkret dan dan dapat diamati. Hal itu perlu ditegaskan karena
kebenaran ilmiah adalah kesesuaian antara apa yang diketahui dengan
objek materialnya. Jika objek material itu abstrak dan tidak dapat diamati,
tentu saja apa yang diketahui (pengetahuan) tidak mungkin dapat
dicocokkan dengan objeknya. Dengan demikian, tidak mungkin dapat dicapai
kebenaran yang merupakan kesesuaian pengetahuan dengan objeknya itu.
Surajiyo, dkk. (2009:11) mengatakan
lapangan dalam logika adalah asas-asas yang menentukan pemikiran yang lurus,
tepat, dan sehat. Agar dapat berpikir lurus, tepat dan teratur, logika
menyelidiki, merumuskan serta menerapkan hukum-hukum yang harus ditepati.
Berpikir adalah objek material logika.
Yang dimaksudkan berpikir di sini adalah kegiatan pikiran, akal budi
manusia. Dengan berpikir manusia mengolah dan mengerjakannya ini terjadi dengan
mempertimbangkan, menguraikan, membandingkan serta menghubungkan pengertian
yang satu dengan pengertian yang lainnya. Dalam logika berpikir dipandang dari
sudut kelurusan dan ketepatannya. Oleh karena itu, berpikir lurus dan tepat
merupakan objek formal logika.
C.
PEMBAGIAN ILMU MANTIQ/LOGIKA
1.
Logika makna
luas dan logika makna sempit
Menurut John C Cooley, The Liang Gie
membagi logika dalam arti yang luas dan dalam arti yang sempit.
Dalam arti yang sempit, istilah dimaksud dipakai searti dengan logika deduktif
atau logika formal, sedangkan arti yang lebih luas, pemakaiannya mencakup
kesimpulan dari berbagai bukti dan bagaimana system-sistem penjelasan disusun
dalam ilmu alam serta meliputi pula pembahasan mengenai logika itu sendiri.
Dalam arti luas, logika juga dapat
dipakai untuk menyebut tiga cabang filsafat sekaligus, seperti yang pernah
dilakukan oleh piper dan ward berikut ini.
a. Asas
paling umum mengenai pembentukan pengertian, inferensi, dan tatanan (logika
formal atau logika simbolis)
b. Sifat dasar
dan syarat pengetahuan, terutama hubungan antara budi dengan objek yang
diketahui, ukuran kebenaran, dan kaidah-kaidah pembuktian (epistemology).
c. Metode-metode untuk mendapatkan pengetahuan dalam
penyelidikan ilmiah (metodologi)
2. Logika deduktif dan logika induktif
Logika deduktif adalah ragam logika yang
mempelajari asas-asas penalaran yang bersifat deduktif, yakni suatu penalaran
yang menurunkan kesimpulan sebagai keharusan dari pangkal pikirnya sehiingga
bersifat betul menurut bentuknya saja. Dari logika jenis ini yang terutama
ditelaah yaitu bentuk dari bekerjanya akal, keruntutannya, serta kesesuaiannya
dengan langkah-langkah san aturan yang berlaku sehingga penalaran yang terjadi
adalah tepat dan sah.
Logika induktif merpakan suagam atu
ragam logika yang mempelajari asas penalaran yang betul dari sejumlah sesuatu
yang khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh
jadi.penalaran yang demikian ini digolongkan sebagai induksi. Induksi adalah
bentuk penalaran atau enyimpulan yang berdasarkan pengamatan terhadap sejumlah
hal kecil, atau anggota suatu himpunan, untuk tiba pada suatu kesimpulan yang
diharapkan berlaku umum untuk semua hal, atau seluruh anggota himpunan itu,
tetapi yang kesimpulan sesungguhnya hanya bersifat boleh jadi saja.
3. Logika formal dan logika material
Mellone menyatakan bahwa logika deduktif
disebut juga logika formal, sedangkan logika induktif kadang-kadang disebut
logika material. Pernyataan ini tidak sepenuhnya tepat karena menurut Fisk,
logika formal hanyalah suatu bagian dari logika deduktif, yakni bagian yang
bertalian dengan perbincangan-perbincangan yang sah menurut bentuknya bukan
menurut isinya. (The Liang Gie, 1980).
Logika formal mempelajari asas, aturan
atau hokum-hukum yang berpikir yang harus ditaati, agar orang dapat berpikir
dengan benar dan mencapai kebenaran. Logika material mempelajari langsung
pekerjaan akal, serta menilai hasil-hasil logika formal dan mengujinya dengan
kenyataan praktis yang sesungguhnya. Logika material mempelajari sumber-sumber
dan asalnya pengetahuan, alat-alat pengetahuan, proses terjadinya pengetahuan,
dan akhirnya merumuskan metode ilmu pengetahua itu.
Logika formal dinamakan orang dengan
logika minor, sedangkan logika material dinamakan orang logika mayor. Apa yang
sekarang disebut logika formal adalah ilmu yang mengandung kumpulan
kaidah-kaidah cara berpikir untuk mencapai kebenaran.
4. Logika murni dan logika terapan
Menurut Leonard, logika murni (pure
logic) adalah ilmu tentang efek terhadap arti dari pernyataan dan sebagai
akibatnya terhadap kesahan dari pembuktian tentang semua bagian dan segi dari
pernyataan dan pembuktian kecuali arti-arti tertentu dari istilah yang termuat
di dalamnya. (The Liang Gie,1980)
Logika murni merupakan suatu pengetahuan
mengenai asas dan aturan logika yan berlaku umum pada semua segi dan bagian
dari pernyataan tanpa mempersoalkan arti khusus dalam sesuatu cabang ilmu dari
istilah yang dipakai dalam pernyataan dimaksud.
Logika terpaan adalah pengetahuan logika
yang diterpkan dalam setiap cabang ilmu, bidang filsafat, dan juga dalam
pembicaraan yang mempergunakan bahasa sehari-hari. Apabila sesuatu ilmu
menggunakan asas dan aturan logika bagi istilahdan ungkapannya yang mempunyai
pengertian khusus dalam bidangnaya sendiri, ilmu tersebut sebenarnya telah
mempergunakan sesuatu logika terapan dan ilmu yang bersangkutan, seperti logika
ilmu hayat bagi biologi, dan logika sosiologi bagi sosiologi.
5. Logika filsafati dan logika matematik
Logika filsafati dapat digolongkan
sebagai suatu ragam atau bagian logika yang masih berhubungan erat dengan
pembahasan dalam bidang filsafat, misalnya logika kewajiban dengan
etika atau logika arti dengan metafisika. Adapun logika matematik merupakan
suatu ragam logika yang menelaah penalaran yang benar dengan menggunakan metode
matematik serta bentuk lambing yang khusus dan cermat untuk menghindarkan makna
ganda atau kekaburan yang terdapat dalam bahasa biasa. (The Liang Gie dan
Suhartoyo Hardjosatoto, dan Endang Daruni Asdi, 1980, hlm. 35-46)
D.
MANFAAT ILMU MANTIQ/LOGIKA
Setidaknya ada
empat kegunaan dengan belajar logika, yaitu:
1.
Membantu setiap
orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tertib,
metodis, dan koheren;
2.
Meningkatkan
kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif
3.
Menambah
kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri
4.
Meningkatkan
cinta akan kebenaran dan menghindari kekeliruan serta kesesatan.
Selanjutnya dikatakan
bahwa bagi ilmu pengetahuan, logika merupakan suatu keharusan. Tidak ada ilmu
pengetahuan yang tidak didasarkan pada logika. Ilmu pengetahuan tanpa logika
tidak akan pernah mencapai kebenaran ilmiah. Sebagaimana dikemukakan oleh
Aristoteles, bapak logika, yaitu logika benar-benar merupakan alat
bagi seluruh ilmu pengetahuan. Oleh karena itu pula, barang siapa mempelajari
logika, sesungguhnya ia telah menggenggam master key untuk membuka
semua pintu masuk ke berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
Di samping kegunaan di
atas, Surajiyo, dkk. (2009:15) mengemukakan bahwa logika juga dapat memberikan
manfaat teoritis dan praktis. Dari segi kemanfaatan teoritis, logika
mengajarkan tentang berpikir sebagaimana yang seharusnya (normatif) bukan
berpikir sebagaimana adanya seperti dalam ilmu-ilmu positif (fisika, psikologi,
dsb.). Dari segi kemanfaatan praktis, akal semakin tajam/kritis dalam mengambil
putusan yang benar dan runtut (consisten).
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan dari pembahasan materi
diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa logika adalah landasan utama utk
menguasai filsafat & ilmu pengetahuan serta sarana penghubung antara
filsafat & ilmu. Logika menyelidiki, menyeleksi, dan menilai pemikiran
dengan cara seriusdan terpelajar serta bertujuan untuk mendapatkan kebenaran,
terlepas dari segalakepentingan dan keinginan perorangan.
Logika merumuskan serta menerapkanhukum
- hukum dan patokan - patokan yang harus ditaati agar seseorang dapatberpikir
benar, efisien, sistematis, dan teratur. Dengan demikian ada dua
obyekpenyelidikan Ilmu Logika (Ilmu Mantiq), Pertama, Pemikiran sebagai
obyekmaterial juga dikenal dengan nama Logika Material dan yang kedua,
patokan-patokan atau hukum - hukum berpikir benar sebagai obyek formalnya,
yangdisebut logika formal.
Pemikiran yang benar dapat dibedakan
menjadi dua bentuk berbeda secararadikal yakni dari cara berpikir umum ke
khusus (deduktif) yaitu cara berpikiryang dipergunakan dalam logika formal yang
mempelajari dasar – dasarpersesuaian (tidak adanya pertentangan) dalam
pemikiran dengan menggunakanhukum - hukum, rumus - rumus, patokan - patokan
berpikir benar, dan dari caraberpikir khusus ke umum (induktif) yaitu cara
berpikir yang dipergunakan dalamlogika material yang mempelajari dasar – dasar
persesuaian pikiran dengankenyataan (penyesuaian idealita dengan realita).
DAFTAR PUSTAKA
Poedjawijatna.
1984. Logika Filsafat Berpikir. Jakarta: Bina Akasara.
Drs. Surajiyo,
Drs Sugeng Astanto, dan Dra Sri Andiani. 2005. Dasar-Dasar
Logika. Jakarta: Bumi Aksara.
Follow Us
Were this world an endless plain, and by sailing eastward we could for ever reach new distances