MAKALAH SEJARAH PEMIKIRAN & STUDI NASKAH TAFSIR
Tafsir Ilmu Kalam
Mu’tazilah
Kajian Tafsir Al-Kasysyaf
Karya Al-Zamakhsyari
DOSEN
PEMBIMBING:
H. Sugiarto, MA
DISUSUN OLEH :
Muh. Yahya Saraka
Zakiyuddin
INSTITUT PTIQ
JAKARTA
FAKULTAS DAKWAH
KOMUNIKASI
PENYIARAN ISLAM
2016/2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,
segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan kita kesehatan dan keberkahan
hidup dan terutama atas nikmat yang terindah yakni nikmat iman dan Islam. Tak
lupa pula shalawat dan salam, bagi Rasulullah saw. yang telah memperjuangkan panji-panji keislaman di muka bumi ini,
dimana kita masih dapat menikmati hasil dari perjuangan tersebut hingga saat
ini.
Dan terima
kasih yang sebesar-besarnya kami haturkan kepada setiap pihak yang telah
membantu kami dalam setiap proses penyusunan makalah ini hingga dapat
terselesaikan dengan baik.
Adapun makalah
ini merupakan tugas kami dalam mata kuliah Sejarah Pemikiran & Studi
Naskah Tafsir, Fakultas Dakwah, Prodi Komunikasi Penyiaran Islam, Institut
PTIQ Jakarta.
Kami sebagai penulis menyadari, bahwa dalam makalah ini masih
terdapat banyak sekali kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar penulisan makalah kami selanjutnya akan
kami lakukan dengan lebih baik lagi.
Jakarta,
22 Januari 2017
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................ i
Daftar Isi.................................................................................................... ii
BAB I Biografi Mufassir
A.
Latar Belakang............................................................................... 1
B.
Motivasi/Pendorong....................................................................... 1
C.
Study/Keilmuan............................................................................. 2
BAB II Kitab Tafsir
A.
Nama Kitab.................................................................................... 3
B.
Sistematika
Penyajian.................................................................... 3
C.
Priode............................................................................................. 3
D.
Karakteristik/Corak........................................................................ 4
BAB III Opini Tentang Kitab Tafsir Al-Kasysyaf
A.
Pendapat Ibnu
Kaldun................................................................... 5
B.
Pendapat
Mustafa al-Sawi............................................................. 5
C.
Ignaz Goldziher (Orientalis)............................................................ 6
Daftar Pustaka......................................................................................... 7
BAB I
BIOGRAFI MUFASSIR
A.
Latar
Belakang
Sebagaimana tertulis dalam tafsir al-Kasysyaf, nama
lengkap al-Zamakhsyari ialah Abd al-Qasim Mahmud ibn Muhammad ibn ‘Umar
al-Zamakhsyari. Tetapi ada juga yang menulis Muhammad ibn ‘Umar ibn Muhammad
al-Khawarizmi al-Zamakhsyari. Beliau lahir di Zamakhsyar, sebuah kota kecil di
Khawarizmi pada hari rabu 27 Rajab 467 H. Atau 18 Maret 1075 M dan wafat di
Jurnaniyah pada malam ‘Arafah tahun 538 H.
Al Zamakhsyari adalah orang-orang alim teristimewa
dalam masalah nahwu, bahasa, sastra dan tafsir. Ra’yinya dalam bahasa Arab
diakui oleh ahli-ahli bahasa. Zamakhsyari menganut kepercayaan muktazilah,
bermadzhab hanafi.
Tapi dari pihak bahasa dia telah menyingkapkan tabir
keindahan al-Qur’an dan balaghahnya yang menarik bila ditinjau dari sudut ilmu
balaghah, ilmu al-Bayan, sastra, nahwu dan tasrif. Kitabnya ini menjadi tempat
pengambilan oleh orang dalam bahasa. Di dalam pendahuluan kitabnya itu dia
menyebutkan bahwa ada orang yang menjadi penghalang bagi tafsirnya karena orang
ini tidak menyelami dengan mendalam. Dia adalah orang yang unggul dalam dua
macam ilmu khusus al-Qur’an. Yaitu ilmu ma’ani dan ilmu bayan. Dia tidak
tergesa-gesa dalam mengemukakan kedua ilmu ini.
B.
Motivasi/Pendorong
Al-Zamakhsyari mengarang kitab al-Kasysyaf untuk menyokong akidah dan
madzhabnya. Di dalam tafsirnya itu jelas terlihat bahwa Zamkhsyari itu berhasil
melunturkan kepintarannya, kecerdikannya dan kemahirannya itu sendiri karena
padanya ada tanda-tanda yang dapat dilihat dari jauh bahwa dia telah
menghimpunkan ayat-ayat untuk membantu mu’tazilah dan menolak lawan-lawannya.
Al-Zamakhsyari juga dikenal sebagai yang berambisi
memperoleh kedudukan di pemerintahan. Setelah merasa tidak berhasil dan kecewa
melihat orang-orang yang dari segi ilmu dan akhlaq lebih rendah dari dirinya
diberi jabatan-jabatan yang tinggi oleh penguasa, sementara ia sendiri tidak
mendapatkannya walaupun telah dipromosikan oleh guru yang sangat dihormatinya,
Abu Mudar.Setidaknya ada dua kemungkinan mengapa al-Zamakhsyari selalu gagal
dalam mewujudkan keinginannya duduk di pemerintahan. Kemungkinan pertama:
kerena ia bukan saja dari ahli bahasa dan sastra Arab saja, tetapi juga seorang
tokoh Mu’tazilah yang sangat demonstratif dalam menyebar-luaskan fahamnya, dan
ini membawa dampak kurang disenangi oleh beberapa kalangan yang tidak
berafiliasi pada Mu’tazilah. Kedua: Mungkin juga karena kurang didukung kondisi
jasmaninya, beliau memiliki cacat fisik, yaitu kehilangan satu kakinya.
C.
Study/Keilmuan
Ia mulai belajar di negeri sendiri, kemudian
melanjutkan ke Bukhara, dan belajar sastra kepada syaikh Mansur Abi Mudar.
Kemudian pergi ke Mekah dan menetap cukup lama sehingga memperoleh julukan
Jarullah (Tetangga Allah). Dan di sana pula ia menulis tafsirannya, al-Kasysyaf
‘an Haqa’iqi Gawamidit Tanzil wa Uyanil Aqawil fi Wujuhit Ta’wil.
Al-Zamakhsyari membujang seumur hidup. Sebagian besar waktunya diabadikan
untuk ilmu dan menyebarluaskan faham yang dianutnya, seperti sering dilakukan
kalangan Mu’tazilah pendahuluannya. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila
penulis biografinya mencatat kurang lebih 50 buah karya tulisannya yang mencaku
berbagai bidang. Sebagian karya al-Zamakhsyari ada yang masih dalam bentuk
manuskrip.
BAB II
KITAB TAFSIR
A. Nama Kitab Tafsir
الكشاف ,عن حقا ئق التنزيل وعيون الأ قاويل في وجوه
التأويل
“Al-Kasysyaf, ‘an Haqa’iq at-Tanzil
wa ‘Uyun al-Aqawil fi Wujuhit Ta’wil”
B.
Sistematika
Penyajian
Menggunakan sistematika Tafshili dan dapat kita lihat pada penyusunan
kitab ini yang terdiri dari 4 jilid yang tersusun secara rapi mengikuti urutan
Mushaf Utsmani, dengan rincian sebagai berikut:
1. Jilid
1: 659 Halaman (Surah Al-Fatihah sampai Surah Al-Maidah)
2. Jilid
2: 587 Halaman (Surah Al-An’am sampai Surah Al-Anbiya)
3. Jilid
3: 572 Halaman (Surah Al-Hajj sampai Surah Al-Hujurat)
4. Jilid
4: 567 Halaman (Surah At-Tin sampai Surah An-Nas)
C.
Priode
Al-Zamakhsyari lahir pada masa pemerintahan Sultan Jalal
al-Din Abi al-Fath Maliksyah dengan wazirnya Nidzam al-Mulk tepatnya hari rabu 27 Rajab 467 H Atau
18 Maret 1075 M.
Para ulama berbeda dalam membagi periodesasi penafsiran al-Qur’an.
Sebagian ahli tafsir membagi periodesasi penafsiran al-Qur’an pada tiga fase,
yaitu:
1.
Periode
mutaqaddimin (abad1 – 4Hijriah)
2.
Periode
mutaakhkhirin (abad4 – 12Hijriah)
3.
Periode baru (abad
12-sekarang)
Dari pembagian periodesasi di atas, dapat kita
ketahui bahwa kitab al-Kasysyaf karangan al-Zamakhsyari termasuk dalam periode
mutaakhirin yakni dimulai pada abad 4 H – 12 H.
D.
Karakteristik/Corak
Penafsiran yang ditempuh oleh Zamakhsyari dalam
karyanya tersebut sangat menarik, karena uraiannya singkat tapi jelas, sehingga
tidak membosankan bagi pembacanya. Dilihat dari sisi metodologis, Tafsir
al-Kasysyaf disusun dengan tartib mushafi yakni berdasarkan urutan surat dan
ayat dalam mushaf Usmani. Penulisan tafsir ini menggunakan metode tahlili
(kronologis).Zamakhsyari menguraikan penafsirannya dengan cara meneliti semua
aspeknya dan menyingkap seluruh maksudnya dengan mengikuti susunan mushaf, ayat
per-ayat, dan surat per-surat (Abdul Hayy al-Farmawi, 2002). Diihat dari corak
penafsiran, tafsir al-Kasysyaf dapat diklasifikasikan sebgai tafsir bi al-Ra’yi
(tafsir rasional) karena banyak menggunakan nalar atau ijtihad sebagai
instrumen penafsiran, sementara dali naqli (Al-Qur’an dan Hadits) hanyalah
bersifat justifikasi dan penguatan.
Dalam menguraikan penafsirannya, Zamakhsyari
yang dikenal sebagai ahli tata bahasa dan sastra Arab, banyak bermain-main
dengan tata bahasa dan sastra sehingga nuansa tersebut sangat kental dalam
tafsirnya. Di samping itu, karena ia adalah seorang penganut Mu’tazilah dalam
lapangan teologis, maka penafsiran-penafsirannya sangat kental dalam melakukan
pembelaan dan justifikasi terhadap paham Mu’tazilah (Muhammad Husain
al-Dzahabi, 1976). Hal ini pulalah yang sepertinya mendorong Ignaz Goldziher
(2006) mengklasifikasikan tafsir al-Kasysyaf sebagai tafsir bernuansa teologis.
Dilihat
dari sumber, dalam menulis karyanya tersebut, Zamakhsyari banyak menukil dari
berbagai kitab tafsir di antaranya Tafsir Mujahid, Tafsir al-Rumani, tafsir
dari kelompok jabariyyah dan Khawarij. Sementara dalam hal Hadits ia banyak
menukil dari Shahih Muslim di samping sumber-sumber lainnya. Di samping itu,
karena tafsir al-Kasysyaf sangat kental dengan nuansa kebahasaan dan sastra,
Zamakhsyari juga banyak menggunakan sumber dari kitab-kitab bahasa dan sastra
Arab antara lain Kitab al-Nahwi karya Sibawaihi, al-Kamil karya al-Mubarrad dan
yang lainnya.
BAB III
OPINI TENTANG KARYA TAFSIR AL-KASYSYAF
Jika dilihat dari komentar dan penilaian yang
ada, pada umumnya para ulama dan tokoh memiliki penilaian yang positif
sekaligus negatif. Di kalangan para sarjana al-Qur’an, al-Kasysyaf sangat
dikenal karena keindahan balaghah serta kepiawaian pengarangnya dalam
menyingkap kemukjizatan al-Qur’an. Bahkan kitab tafsir ini dianggap sebagai
kitab tafsir pertama yang menyingkap kemukjizatan al-Qur’an secara sempurna.
A.
Pendapat Ibnu
Kaldun
Ibnu Khaldun, ketika membahas pentingnya
lughah, i’rab dan balaghah dalam memahami al-Qur’an, menyatakan bahwa di antara
tafsir yang paling baik dan mampu mengungkapkan makna al-Qur’an dengan
pendekatan bahasa dan balaghah adalah tafsir al-Kasysyaf. Hanya saja Ibnu Khaldun
menyayangkan Zamakhsyari yang menggunakan keahliannya tersebut untuk membela
madzhab Mu’tazilah. Demikian pula komentar Taj al-Subki, seorang ahli Ushul
Fiqh bermadzhab Asyari. Ia menyatakan, “Ketahuilah, bahwasanya Al-Kasysyaf
adalah kitab yang agung, pengarangnya adalah seorang ahli sastra, hanya saja ia
(Zamakhsyari) adalah orang yang memiliki akhlak yang buruk terhadap Ahlusunnah
wal jamaah”.
B.
Pendapat Mustafa al-Sawi
Berikutnya, Mustafa al-Sawi al-Juwaini juga
menyatakan pendapatnya bahwa Zamakhsyari adalah seorang ulama Mu’tazilah yang
sangat fanatik dalam membela paham kelompoknya, sehingga penafsirannya sangat
dipengaruhi oleh prinsip-prinsip Mu’tazilah. Oleh karena itu, menurut
al-Juwaini, tafsirnya seakan-akan merupakan pembelaan terhadap Mu’tazilah.
C.
Ignaz Goldziher (Orientalis)
Dari
kalangan orientalis, Ignaz Goldziher, juga tidak ketinggalan memberikan
penilaiannya dengan menyatakn bahwa tafsir al-Kasysyaf adalah tafsir yang
sangat bagus, hanya saja pembelaannya terhadap Mu’tazilah dinilai sangat
berlebihan.
Pembelaan
dan justifikasi al-Kasysyaf yang kental terhadap Mu’tazilah agaknya wajar,
karena penulisan tafsir ini sendiri dilatarbelakangi oleh permintaan kelompok
Mu’tazilah, sehingga terkesan dibuat untuk ‘menyenangkan’ kelompok tertentu
sekaligus menyerang kelompok lain. Namun demikian, terlepas dari beragam
kontroversi terhadap al-Kasysyaf, terutama karena pembelaannya yang kental
terhadap paham Mu’tazilah, kitab tafsir ini merupakan sebuah karya yang sangat
monumental terutama dari sisi linguistik.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mustaqim. 2003. Madzahibut Tafsir.
Yogyakarta: Nun Pustaka Yogyakarta.
Ayyub, Mahmud. 1991. Al-Qur’an dan Para
Penafsirnya. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Nashruddin Baidan. 2002. Metode Penafsiran
Al-Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Al-Syirbasyi, Ahmad. 1962. Qishshatul
Tafsir. Dar al-Kalam: Kairo
Follow Us
Were this world an endless plain, and by sailing eastward we could for ever reach new distances