MAKALAH TAFSIR
DAKWAH
MANUSIA
Tafsir QS. Al-Mu’minun
Ayat 12-16 & QS. At-Tin Ayat 1-6
DOSEN PEMBIMBING :
Ust.
Topikurrahman, MA
DISUSUN OLEH :
Muh. Yahya Saraka
Zakiyuddin
INSTITUT PTIQ
JAKARTA
FAKULTAS DAKWAH
KOMUNIKASI PENYIARAN
ISLAM
2016/2017
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan
kita kesehatan dan keberkahan hidup dan terutama atas nikmat yang terindah
yakni nikmat iman dan Islam. Tak lupa pula shalawat dan salam, bagi Rasulullah
saw. yang telah memperjuangkan
panji-panji keislaman di muka bumi ini, dimana kita masih dapat
menikmati hasil dari perjuangan tersebut hingga saat ini.
Dan terima kasih yang sebesar-besarnya kami haturkan kepada setiap
pihak yang telah membantu kami dalam setiap proses penyusunan makalah ini
hingga dapat terselesaikan dengan baik.
Adapun makalah ini merupakan tugas kami dalam mata kuliah Tafsir
Dakwah, jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Institut PTIQ Jakarta.
Kami sebagai penulis menyadari, bahwa dalam makalah ini masih
terdapat banyak sekali kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar penulisan makalah kami selanjutnya akan
kami lakukan dengan lebih baik lagi.
Jakarta, 30 Januari 2017
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................................................. ii
Bab I Pendahuluan
A.
Pengertian
Manusia...................................................................................... 1
Bab II Pembahasan
A.
Tafsir QS.
Al-Mu’minun Ayat 12-16........................................................... 3
B.
Tafsir QS.
At-Tin Ayat 1-6.......................................................................... 7
C.
Korelasi/Muhasabah
dengan Komunikasi & Dakwah................................. 8
Bab III Penutup
A.
Kesimpulan................................................................................................ 10
Daftar Pustaka..................................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Pengertian Manusia
Manusia merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
sebagai khalifah dibumi dengan dibekali akal pikiran untuk berkarya dimuka
bumi. Manusia memiliki perbedaan baik secara biologis maupun rohani.
Secara
biologis umumnya manusia dibedakan secara fisik sedangkan secara rohani manusia
dibedakan berdasarkan kepercayaannya atau agama yang dianutnya.
Kehidupan
manusia sendiri sangatlah komplek, begitu pula hubungan yang terjadi pada
manusia sangatlah luas. Hubungan tersebut dapat terjadi antara manusia dengan
manusia, manusia dengan alam, manusia dengan makhluk hidup yang ada di alam,
dan manusia dengan Sang Pencipta.
Dalam bahasa manusia
diartikan sebagai makhluk yang berpikir dan berakal budi. Sedangkan secara
istilah manusia merupakan konsep atau gagasan yang ada dalam suatu kelompok
tertentu. Dari dua pengertian di atas rupanya belum memuaskan di berbagai
pihak. Hal tersebut dibuktikan dengan banyak ahli yang mengungkapkan pendaptnya
mengenai definisi dari manusia itu sendiri.
Salah satunya ialah
Nicolaus d. & a. Sudiarja ia menggambarkan manusia seperti semboyan negara
kita yaitu bhineka tunggal ika. Bhineka karena ia adalah jasmani dan rohani
akan tetapi tunggal karena jasmani dan rohani merupakan satu barang.
Sedangkan Omar Mohammad
Al-Toumy Al-Syaibany ia menyatakan bahwa manusia merupakan makhluk yang
dianggap paling mulia. Hal tersebut dilandaskan dari kemampuan manusia yang
dapat berfikir dan memiliki 3 dimensi yaitu badan, akal, serta roh. Manusia
dalam perkembangan serta pertumbuannya selalu dipengaruhi oleh lingkungan ia
tinggal.
Manusia yang pada
hakikatnya memiliki akal dan mampu berfikir dengan baik, tentu saja memilki
karakter yang snagat kuat. Karakteristik dari manusia dapat meliputi :
- Aspek kreasi
- Aspek ilmu
- Aspek kehendak
- Pengarahan Akhlak
Yang dimaksud dengan
aspek kreasi ialah dengan imajinasinya manusia dapat berkreasi kedalam berbagai
bentuk. Misalnya saja menciptakan bangunan yang unik, melukis, atau mebari dan
masih banyak lagi.
Peranan manusia di
dunia ini juga tak lain ilah memperbaiki dirinya dnegan cara belajar. Selain
itu ia harus mampu memberikan kontribusi ilmu yang di dapat dari proses belajar
tadi. Dinamika kehidupan manusia yang dianggap komleks tadi perlu diberikan
aplikasi sikap positif terhadap sesma terutama sang pencipta.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Tafsir Surah Al-Mu’minun Ayat 12-16
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. (12) Kemudian Kami jadikan
saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). (13)
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang,
lalu tulang-belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling
baik. (14) Kemudian sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan
mati. (15) Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu)
di hari Kiamat. (16)” (al-Mu’minuun:
12-16)
Allah
Ta’ala berfirman seraya memberitahukan mengenai permulaan penciptaan manusia
dari saripati (berasal) dari tanah, yaitu Adam’. Allah Ta’ala telah
menciptakannya dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang
diberi bentuk.
Mujahid
mengemukakan: “Min sulaalatin berarti dari mani anak cucu Adam.” Imam Ahmad
meriwayatkan dari Abu Musa, dari Nabi saw, beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah
menciptakan Adam dari satu genggaman tanah yang digenggam-Nya dari seluruh
permukaan bumi. Kemudian anak-anak Adam datang sesuai dengan kadar warna tanah.
Di antara mereka ada yang merah, putih, hitam, dan di antara hal tersebut, juga
ada yang jahat dan ada juga yang baik, serta di antara keduanya.”
Hadits
tersebut telah diriwayatkan Abu Dawud dan at-Tirmidzi. At-Tirmidzi mengatakan
bahwa hadits tersebut hasan shahih.
Tsumma
ja’alnaaHu nuth-fatan (Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani.) Dhamir
(kata ganti) di sini kembali kepada jenis manusia, sebagaimana yang difirmankan
Allah dalam ayat yang lain: “Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan
sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia
menjadikan keturunannya dart saripati air yang jijik (air mani).” (QS.
As-Sajdah: 7-8). Maksudnya, lemah dan berpindah dari satu keadaan menuju
keadaan yang lain dan dari satu sifat ke sifat yang lain.
Oleh
karena itu, di sini Allah Ta’ala berfirman: tsumma ja’alnan nuth-fata ‘alaqatan
(Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah.) Artinya, kemudian Kami
jadikan nuthfah, yaitu air yang memancar yang keluar dari tulang rusuk yang
berada di tulang punggung laki-laki dan tulang dada wanita, yang berada di
antara tulang selangka dan pusar, sehingga menjadi segumpal darah merah yang
memanjang.`Ikrimah mengatakan: “Yaitu darah.”
Fakhalaqnal
‘alaqata mudl-ghatan (Lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging,)
yaitu segumpal daging yang tidak mempunyai bentuk tertentu dan tidak
bergaris-garis. Fakhalaqnal mudl-ghata ‘idhaaman (Dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang-belulang,) maksudnya, Kami (Allah) berikan bentuk yang memiliki
kepala, dua tangan, dua kaki, dengan tulang-tulangnya, urat, dan otot-ototnya.
Dalam
hadits shahih dari Abuz Zinad, dari al-A’raj, dari Abu Hurairah, dia bercerita,
Rasulullah saw. bersabda: “Setiap jasad anak cucu Adam akan binasa, kecuali
satu bagian pangkal ekor, darinya(lah) diciptakan dan padanya disusun.”
Fa kasaunal ‘idhaama lahman (Lalu
tulang-belulang itu Kami bungkus dengan daging.) Maksudnya, Kami jadikan daging
yang dapat menutupi, mengokohkan, dan menguatkan. Tsumma ansya’naaHu khalqan
aakhara (Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang [berbentuk] lain. ) Yakni,
kemudian Kami tiupkan ruh ke dalamnya, sehingga dia pun bergerak dan menjadi
makhluk lain yang mempunyai pendengaran, penglihatan, pengetahuan, gerakan, dan
goncangan. fatabaarakallaaHu ahsanul khaaliqiin (Maka Mahasuci Allah, Pencipta
yang paling baik.)
Al-‘Aufi
menceritakan dari Ibnu `Abbas: Tsumma ansya’naaHu khalqan aakhara (Kemudian
Kami jadikan dia makhluk yang [berbentuk] lain.) yakni, Kami pindahkan dari
satu keadaan menuju keadaan yang lain sehingga lahir sebagai seorang anak.
Setelah itu tumbuh sebagai anak kecil, lalu ia mengalami masa puber dan tumbuh
menjadi remaja, selanjutnya tumbuh dewasa, kemudian menjadi tua, hingga
akhirnya menjadi tua renta.
Hal
serupa juga diriwayatkan dari Qatadah dan adh-Dhahhak, dan tidak ada
pertentangan, di mana dari permulaan peniupan ruh ke dalamnya ditetapkan pada
berbagai proses dan keadaan. Wallahu a’lam.
Imam
Ahmad meriwayatkan dari Abdullah ibnu Mas’ud, ia bercerita, Rasulullah saw.
memberitahu kami, yang beliau adalah selalu jujur dan dibenarkan:
“Sesungguhnya salah seorang di antara kalian dikumpulkan penciptaannya di dalam perut (rahim) ibunya selama empat puluh hari berupa nuthfah (air mani), kemudian menjadi segumpal darah selama itu juga (empat puluh hari), lalu menjadi gumpalan seperti sekerat daging, selama itu juga, kemudian diutuslah kepadanya Malaikat, maka ia (Malaikat) meniupkan ruh padanya dan Malaikat itu diperintahkan untuk (menulis) empat perkara; rizkinya, ajal (umur)nya, amal perbuatannya, dan (apakah dia) sengsara atau bahagia. Demi Allah yang tiada Ilah (yang haq) selain Dia, sesungguhnya salah seorang diantara kalian akan mengerjakan amalan penghuni surga sehingga (jarak) antara dirinya dengan surga hanya satu hasta saja, namun dia didahului oleh ketetapan (takdir) Allah sehingga dia mengerjakan perbuatan penghuni neraka, hingga akhirnya dia masuk neraka. Dan sesungguhnya salah seorang di antara kalian akan mengerjakan perbuatan penghuni neraka sehingga (jarak) antara dirinya dengan neraka tinggal satu hasta saja, namun ketetapan (takdir) Allah mendahuluinya sehingga dia mengerjakan amal perbuatan penghuni surga, hingga akhirnya dia masuk surga.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
“Sesungguhnya salah seorang di antara kalian dikumpulkan penciptaannya di dalam perut (rahim) ibunya selama empat puluh hari berupa nuthfah (air mani), kemudian menjadi segumpal darah selama itu juga (empat puluh hari), lalu menjadi gumpalan seperti sekerat daging, selama itu juga, kemudian diutuslah kepadanya Malaikat, maka ia (Malaikat) meniupkan ruh padanya dan Malaikat itu diperintahkan untuk (menulis) empat perkara; rizkinya, ajal (umur)nya, amal perbuatannya, dan (apakah dia) sengsara atau bahagia. Demi Allah yang tiada Ilah (yang haq) selain Dia, sesungguhnya salah seorang diantara kalian akan mengerjakan amalan penghuni surga sehingga (jarak) antara dirinya dengan surga hanya satu hasta saja, namun dia didahului oleh ketetapan (takdir) Allah sehingga dia mengerjakan perbuatan penghuni neraka, hingga akhirnya dia masuk neraka. Dan sesungguhnya salah seorang di antara kalian akan mengerjakan perbuatan penghuni neraka sehingga (jarak) antara dirinya dengan neraka tinggal satu hasta saja, namun ketetapan (takdir) Allah mendahuluinya sehingga dia mengerjakan amal perbuatan penghuni surga, hingga akhirnya dia masuk surga.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Firman
Allah Ta’ala: fatabaarakallaaHu ahsanul khaaliqiin (Maka Mahasuci Allah,
Pencipta yang paling baik.) Yakni, ketika Dia menyebutkan kekuasaan dan
kelembutan-Nya dalam penciptaan nuthfah ini dari satu keadaan menjadi keadaan
yang lain (proses), dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya, sehingga menjadi
satu bentuk, yaitu manusia yang mempunyai ciptaan yang normal lagi sempurna.
Wallahu a’am.
Firman-Nya:
tsumma innakum ba’da dzaalika lamayyituun (Kemudian sesudah itu, sesungguhnya
kamu sekalian benar-benar akan mati.) Yakni, setelah penciptaan yang pertama
dari ketiadaan, kalian kelak akan menemui kematian. Tsumma innakum yaumal
qiyaamati tub’atsuun (Kemudian, sesungguhnya kamu semua akan dibangkitkan [dari
kuburmu] di hari Kiamat.) Yakni, penciptaan yang terakhir.
B.
Tafsir Surah At-Tin Ayat 1-6
Tafsir Surah At-Tin Ayat 1-6
“1. demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, 2. dan
demi bukit Sinai, 3. dan demi kota (Mekah) ini yang aman, 4. Sesungguhnya Kami
telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya . 5. kemudian Kami
kembalikan Dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), 6. kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala
yang tiada putus-putusnya. (at-Tiin: 1-6)
Disini
para ahli tafsir masih berbeda pendapat dengan pendapat yang cukup banyak. Ada
yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan at-tiin di sini adalah masjid
Damaskus. Ada juga yang berpendapat, ia merupakan buah tin itu sendiri.
Juga ada yang menyatakan bahwa ia adalah gunung yang terdapat di sana.
Sedangkan al-Qurthubi mengatakan: “At-Tiin adalah masjid Ash-habul
Kahfi.” Dan diriwayatkan oleh al-‘Aufi dari Ibnu ‘Abbas bahwa at-tiin adalah
masjid Nuh yang terdapat di bukit al-Judi. Mujahid mengatakan: “Ia adalah at-tiin
kalian ini.” Wazzaituun (Dan demi zaitun) Ka’ab al ahbar, Qatadah, Ibnu Zaid,
dan lain-lain mengatakan: “Yaitu masjid Baitul Maqdis. Mujahid dan ‘Ikrimah
mengatakan: “Yaitu buah zaitun yang kalian peras.”
Wa
thuuri siiniin (Dan demi bukit Sinai.) Ka’ab al-Ahbar dan lain-lain mengatakan:
“Yaitu bukit dimana allah berbicara langsung dengan Nabi Musa a.s.
Wa
Haadzal baladil amiin (Dan demi kota ini yang aman.) yakni, kota Mekah.
Demikian yang dikemukakan oleh Ibnu ‘Abbas, Mujahid, ‘Ikrimah, al-Hasan,
Ibrahim an-Nakha’i, dan tidak ada perbedaan pendapat mengenai masalah tersebut.
Firman
Allah Ta’ala: laqad khalaqnal innsaana fii ahsani taqwiim (Sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dalam wujud dan bentuk sebaik-baiknya.)
dan inilah yang menjadi obyek sumpah, yaitu bahwa Allah Ta’ala telah
menciptakan manusia dalam wujud dan bentuk yang sebaik-baiknya, dengan
perawakan yang sempurna serta beranggotakan badan yang normal.
Tsumma
radadnaaHu asfala saafiliin (Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang
serendah-rendahnya.) yakni ke neraka. Demikian yang dikemukakan oleh Mujahid,
Abul ‘Aliyah, al-Hasan, Ibnu Zaid, dan lain-lain. Kemudian setelah penciptaan
yang baik dan menakjubkan itu, mereka akan diseret ke neraka jika mereka tidak
taat kepada Allah dan tidak mengikuti para Rasul. Oleh karena itu,
Dia berfirman: illalladziina aamanuu wa
‘amilushaalihaati (Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
shalih.) dan firman-Nya: falaHum ajrun ghairu mamnuun (Maka bagi mereka pahala
yang tiada putus-putusnya.) yakni, tiada putus-putusnya.
C.
Korelasi/Muhasabah
dengan Komunikasi dan Dakwah
Al-Qur’an memanglah sebuah bentuk komunikasi sang pencipta dengan
ciptaannya, Allah dan manusia. Dalam surah al-Mu’minun ayat 12-16 Allah secara
terperinci memberitahukan atau menjelaskan mengenai urutan proses penciptaan
manusia. Allah memberitahukan tentang penciptaan ini agar manusia menyadari
betapa kuasanya Allah yang telah menciptakan manusia melalui proses yang tidak
biasa. Setelah itu Allah mengingatkan tentang kematian. Menunjukkan bahwa Allah
ingin memberitahukan tentang kehidupan yang sementara ini pasti akan berakhir.
Tak hanya sampai di situ, Allah lalu kembali mengingatkan janji-Nya, yaitu
tentang hari kebangkitan.
Informasi
lengkap yang Allah sajikan dalam 5 ayat ini merupakan peringatan dan
pembelajaran terhadap manusia tentang penciptaan hingga akhir dari sesuatu yang
diciptakan. Ayat-ayat ini dapat menjadi bahan renungan manusia untuk tetap
bersyukur terhadap apa yang ia dapatkan dari penciptaan Allah, dan juga untuk
tetap berhati-hati menjalani kehidupan yang sementara, kehidupan yang akan
segera berakhir. Hingga pada saatnya nanti dibangkitkan kembali untuk
mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan selama di dunia.
Berbeda dengan yang sebelumnya, ayat ini menjelaskan tentang
kesempunaan manusia. Allah memberitahukan tentang betapa manusia diciptakan
dalam bentuk yang sempurna. Bahkan ada 3 sumpah yang mendahului pernyataan
tentang betapa Allah menciptakan manusia dengan bentuk yang sebaik-baiknya.
Namun di balik kesempurnaan manusia yang Allah sampaikan, setelah itu Allah
langsung mengingatkan tentang manusia akan dimasukkan ke tempat yang hina dina.
Manusia yang tidak memanfaatkan kesempurnaan ciptaan Allah dengan baik akan
mendapatkan kehinaan, begitulah kurang lebih pesan yang ingin disampaikan
Allah. Namun setelah peringatan, Allah memberi kabar gambira kepada ummat
manusia, tentang pengecualian manusia yang mendapat tempat hina dina. Dibalik
informasi tentang penciptaan, ada teguran. Dan dibalik teguran ada kabar
gembira. Demikian cara Allah memberikan informasi, teguran, dan kabar gembira
terhadap manusia dalam surah at-Tin ayat 1-6.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam pembahasan di atas kita dapat menarik sebuah kesimpulan,
bahwa penciptaan manusia melalui berbagai macam proses yang cukup rumit. Di
surah selanjutnya dijelaskan tentang manusia diciptakan dalam bentuk yang
sebaik-baiknya.
Setelah menjelaskan tentang proses dan bentuk penciptaan manusia,
ayat ini juga sekaligus memberi
peringatan dan kabar gembira bahwa semua yang diciptakan oleh Allah swt. pasti
akan kembali pada-Nya dan kemudian dibangkitkan kembali untuk mempertanggung
jawabkan amal perbuatannya selama di dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Groves,
Colin (2005-09-16).
Wilson, D. E., dan Reeder, D. M. (eds), ed. Mammal Species of the World
(edisi ketiga ed.). Johns Hopkins University Press.
Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq, Dr. Abdullah. Lubaabut
Tafsir Min Ibni Katsi. Mu-assasah Daar al-Hilaal. Kairo. 1994.
https://id.wikipedia.org/wiki/Manusia
Follow Us
Were this world an endless plain, and by sailing eastward we could for ever reach new distances